Sektor ini mencakup berbagai kategori minuman seperti Air Minum Dalam Kemasan (AMDK – kemasan botol dan cup), the siap saji, minuman jus dan sari buah, minuman berkarbonasi, minuman kopi, minuman sport dan isotonik serta juga minuman berbasis susu, dan semua ini semata-mata guna menjawab kebutuhan konsumen Indonesia yang memang beragam, baik dari sisi preferensi produk minuman, kebutuhan produk, kebiasaan dan juga tentunya kemampuan untuk berbelanja produk minuman siap saji. Kategori-kategori tersebut sifatnya cukup dinamis ke depannya karena preferensi dan kemampuan konsumen akan terus berkembang.
Satu hal yang dapat dibanggakan adalah produk-produk minuman siap saji yang diproduksi di Indonesia relative sudah menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Terlihat bagaimana produk-produk minuman yang ditawarkan oleh produsen dalam negeri, apakah merek lokal ataupun produsen asing yang mengeluarkan produk varian lokal, tersedia di berbagai minimarket, supermarket, hypermarket serta di warung-warung dan toko-toko kelontong.
Dapat dikatakan industry minuman siap saji mempunyai karakter yang cukup demokratis dimana pelaku usaha dari berbagai latar belakang dan kemampuan dapat bersaing guna meraih penerimaan pasar atau konsumen. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2015 menyebutkan bahwa terdapat lebih dari 47000 pelaku usaha skala kecil dan mikro di sektor industri minuman. Sedangkan perusahaan menengah dan besar berada di kisaran 300 perusahaan.
Tantangan Industri Minuman
Industri minuman siap saji sangat mengandalkan keberadaan hotel, restoran, catering, serta kegiatan-kegiatan berkumpulnya masyarakat, sebagai pasarpotensial bagi produk-produknya. Pandemi Covid-19 menghantam industri minuman siap saji secara tiba-tiba sejak Maret 2020, sehingga pondasi industri minuman siap saji menjadi porak-poranda. Secara umum ada dua dampak besar yang dirasakan oleh industri minuman siap saji akibat pandemic Covid-19. Pertama adalah kanal pemasaran (market channel) produk minuman siap saji dan kedua adalah kategori produk dan portfolio produk minuman siap saji.
Secara historis, kanal tradisional atau penjualan umum seperti warung-warung maupun toko-toko kelontong selalu mendominasi kanal pemasaran produk minuman siap saji di Indonesia. Hal ini karena memang keberadaan warung-warung serta toko-toko kelontong sangat massif dan tersebar sehingga wajar kontribusi penjualan produk minuman siap saji melalui kanal ini bisa mencapai 60%-70% dari seluruh volume penjualan.
Pertumbuhan penjualan produk minuman siap saji melalui kanal pasar modern seperti minimarket, convenience stores, supermarket, hypermarket, dan lainnya memang cukup pesat di beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data Nielsen tahun 2019, pertumbuhan penjualan minuman siap saji di pasar modern mencapai kurang lebih 6%, sementara pertumbuhan di kanal tradisional malah negative di kisaran 2-3%.
Namun pandemic Covid-19 merubah tatanan yang ada. Dengan adanya pembatasan pergerakan manusia serta adanya kekhawatiran tentang isu Kesehatan dan hygiene, konsumen menjadi beralih. Kanal perdagangan niaga (e-commerce) yang sebelumnya belum terlalu berperan, saat ini banyak menjadi pilihan konsumen untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari juga kebutuhan makanan dan minuman siap saji.
Walaupun di awal-awal masa pandemic, kanal modern seperti minimarket sempat turut mengalami penurunan penjualan, namun dengan berjalannya waktu, konsumen mulai Kembali belanja di minimarket, terutama didorong kedekatan dengan lokasi tinggal dan tingkat kepercayaan yang diterapkan serta protocol Kesehatan di minimarket tersebut. Tantangan terbesar adalah pada kanal tradisional seperti warung-warung dan toko-toko kelontong yang mengalami penurunan omset secara signifikan.
Berkurangnya foot traffic dan adanya kekhawatiran terhadap penerapan protokol kesehatan menjadi isu yang besar bagi warung-warung dan toko-toko kelontong. Tidak heran terlihat beberapa inisiatif yang dilakukan pelaku usaha fast moving consumer goods (FCMG) dan/atau minuman siap saji yang bertujuan mendukung toko-toko kelontong untuk bisa menerapkan protocol Kesehatan yang baik dan tentunya dengan harapan toko-toko kelontong tersebut dapat Kembali mengalami pertumbuhan.
Dampak pandemic Covid-19 tidak hanya terasa dalam sisi aktivitas masyarakat yang sangat menurun, tetapi juga bagaimana masyarakat atau konsumen berbelanja baik dari sisi apa yang dibeli dan juga kenapa berbelanja produk-produk tersebut. Dengan semakin banyaknya waktu yang dihabiskan di rumah, konsumen produk minuman siap saji juga mengalami perubahan pola konsumsi.
Kesempatan Industri Minuman
Minuman siap saji secara prinsip bukan merupakan produk primer, sehingga pada saat konsumen dihadapkan dengan kondisi dimana mereka harus memilih, produk minuman siap saji dapat dengan mudah ditinggalkan dan digantikan dengan produk minuman lainnya. Ini terkihat di masa-masa awal pandemic saat produk minuman siap saji single serve (sekali konsumsi) mengalami penurunan. Sementara sebaliknya produk minuman siap saji dengan kemasan multi serve didorong penjualannya dengan harapan dapat dikonsumsi secara Bersama-sama oleh keluarga dalam kondisi harus beraktivitas di rumah. Hal tersebut adalah contoh cara yang dilakukan oleh pelaku usaha industry minuman siap saji guna memastikan bahwa produk yang ditawarkan masih relevan dengan pola konsumsi konsumen yang berubah.
Hal lain yang dapat dicermati terkait dengan perubahan pola konsumsi adalah kategori produk minuman siap saji yang dipilih oleh konsumen. Secara umum semua kategori produk minuman siap saji mengalami kontraksi penjualan yang cukup signifikan dalam masa pandemi ini. Namun tentunya level kontraksi per kategori mempunyai perbedaan.
Kepedulian konsumen terkait dengan isu ketahanan tubuh untuk melawan potensi penyebaran COVID-19 sedikit banyak juga memengaruhi pola konsumsi produk minuman siap saji. Produk-produk yang dipercaya memiliki manfaat fungsional menjaga dan meningkatkan ketahanan tubuh saat ini menjadi pilihan dan terlihat pula bagaimana komunikasi yang kencang dilakukan oleh produsen untuk menampilkan manfaat fungsional tersebut.
Walaupun industri minuman siap saji mengalami dampak yang sangat signifikan diakibatkan pandemik ini, namun di sisi lain dapat terlihat resiliensi atau ketahanan dari para pelaku usaha industri minuman untuk keluar dari kondisi yang ada. Berbagi upaya dan kreativitas diambil guna memastikan industry tetap beroperasi dan segera bisa tumbuh Kembali. Di lain pihak pembelajaran yang utama adalah bagaimana perubahan pola konsumsi dan preferensi konsumen ini berdampak di jangka memengah dan Panjang, bahkan setelah pandemic Covid-19 ini berakhir.
Diyakini bahwa opsi pola kerja secara remote akan terus ada dan bisa menjadi bagian dari pola kerja yang baru di masa depan. Demkian pula kegiatan kegiatan yang sifatnya mengumpulkan massa secara secara besar dalam waktu dekat mungkin belum akan terjadi. Artinya, produsen harus bisa untuk lebih mendekatkan produk ke konsumen tidak saja secara distribusi tetapi juga dari sisi “reason to purcahase”.
Di saat seperti inilah dukungan semua pihak, termasuk pemerintah sangat diharapkan agar dapat membantu industry minuman siap saji bangkit dari kondisi yang sulit dan bahkan tumbuh kembali. Dukungan terutama terkait dengan dua aspek yang tidak semuanya dalam kontrol pelaku usaha yaitu bagaimana menjaga daya beli konsumen dan bagaimana mengurangi beban bagi industri, misal dari sisi kepastian pasokan bahan baku dan juga biaya. Ibarat strategi bermain, “defense” yang kuat dalam hal ini menjaga daya beli konsumen dan mengurangi beban produsen akan memberikan kesempatan bagi “offense” untuk dapat maju dan merebut peluang untuk bangkit dan tumbuh. Inilah sinergi yang diharapkan dapat direalisasikan agar industry minuman siap saji dapat terus menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Bangkit dan jayalah industri minuman siap saji Indonesia.
Source : FOODREVIEW INDONESIA Vol XVI No. 2